DISPUSIP JAKARTA, INDONESIA – Daan Jahja lahir di Padang Panjang pada tanggal 5 Januari 1925, Daan Jahja adalah Gubernur Militer Jakarta pada awal 1948 hingga 1950. Jabatan tersebut disandangnya pada usia 25 tahun dan berpangkat Letnan Kolonel TNI. Daan Jahja merupakan Angkatan ’45 yang pernah berjuang dalam menumpas aksi Kapten Westerling yang akan merebut kekuasaan negara karena tidak menerima penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember 1949.
Mempunyai rekam-jejak yang heroik sejak pra-kemerdekaan Indonesia dan era-era setelahnya, terutama selama masa kepemimpinannya Presiden Sukarno. Karier politik dan militernya pun berjalan cukup mulus sebelum ia memutuskan berhenti dari panggung nasional seiring pergantian rezim dari Orde Lama ke Orde Baru pimpinan Soeharto.
Daan Jahja lahir dari pasangan Jahja Datoek Kajo dan Sjahrizan Jahja, asal Kotogadang, Agam, Sumatera Barat. Ayahnya merupakan anggota Volksraad yang cukup vokal, dan orang yang pertama kali berpidato menggunakan Bahasa Indonesia dalam sidang Volksraad bahkan sebelum Sumpah Pemuda dicetuskan pada tahun 1928 orasinya disampaikan dengan berapi-api sehingga membuat orang-orang Belanda yang memandangnya merasa panas.
Perjuangan Jahja Datoek Kajo dilanjutkan oleh sang putra, Daan Jahja, kendati berkiprah di masa yang berbeda. Daan Jahja mulai terlibat dalam pergerakan kebangsaan saat Belanda sudah hengkang dari bumi Indonesia karena kalah perang dan digantikan oleh Jepang sejak tahun 1942. Saat Jepang mulai menunjukkan sinyal kekalahan dalam perseturuan melawang Sekutu di Perang Asia Timur Raya yang menjadi rangkaian Perang Dunia II, Daan Jahja semakin aktif terlibat dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.
Saat menjabat Gubernur Jakarta, ia menghadapi banyak persoalan dalam masyarakat Jakarta, seperti berbagai masalah administrasi dalam proses pengembalian pemerintahan Jakarta kepada pola ke-Indonesiaannya. Akan tetapi, sebagai administrator, Daan Jahja berhasil menyelesaikan berbagai masalah tersebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Daan Jahja juga pernah menjadi redaktur pimpinan surat kabar nasional ketika berusia 23 tahun. Saat itu, ia memiliki bawahan 40 wartawan yang berapa dari mereka berusia lebih tua.
Setelah jabatannya sebagai Gubernur Militer berakhir pada 1950, Daan Jahja diangkat sebagai Sekretaris Gabungan Kepala Staff Angkatan Perang RI. Ia juga sempat menjadi akses militer Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo, Mesir. Setelah pension dari ketentaraan sejak 1966, Daan Jahja beralih terjun ke ranah politik. Mengikuti jejak ayahnya yang pernah menjadi anggota Volksraad pada era Kolonial, ia duduk sebagai anggota DPR pada periode 1967-1969.
Menjadi wakil rakyat di DPR rupanya merupakan karier politiknya yang terakhir. Daan Jahja memutuskan mundur dari pentas perpolitikan nasional seiring runtuhnya rezim Orde Lama. Hingga akhirnya, Brigjen H. Daan Jahja, Gubernur Militer Jakarta pertama dan satu-satunya itu wafat pada tanggal 20 Juni 1985 tepat pada saat Indul Fitri 1405. Ia wafat sepulang dari Masjid Sunda Kelapa, Jakarta setelah melaksanakan salat Ied.
Penulis & Editor : Tim Publikasi Kearsipan
Sumber :
Sopandi, Andi. Triono. Hamluddin. (2019). Profil Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta dari Masa Ke Masa. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta.
Wikipedia.com. 19 Oktober 2023. Daan Jahja. Diakses pada 12 Januari 2024, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Daan_Jahja
Nasional.sindonews.com. 28 Oktober 2023. Profil Daan Jahja, Jenderal TNI yang Memimpin Pemuda Culik Moh Hatta ke Rengasdengklok. Diakses pada 12 Januari 2024, dari https://nasional.sindonews.com/read/1237071/14/profil-daan-jahja-jenderal-tni-yang-memimpin-pemuda-culik-moh-hatta-ke-rengasdengklok-1698441027
Tirto.id. 20 Juni 2019. Daan Jahja : Sejarah Hidup & Heroisme Gubernur Militer Jakarta. Diakses pada 12 Januari 2024, dari https://tirto.id/daan-jahja-sejarah-hidup-heroisme-gubernur-militer-jakarta-crCe