Jakarta--“Bagi saya, sejarah itu membosankan,” ungkap Om Hao membuat Kawan Perpus dan Kawula Sastra terpana. Pasalnya, pemilik nama asli Hari A. Kurniawan ini pernah tercatat sebagai mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Sejarah sebuah kampus terkemuka di Yogyakarta. “Kalau ditanya, saya lebih suka belajar Fisika,” lanjutnya. Rupanya, ini ialah gaya sentilan khas Om Hao untuk mencuri perhatian Kawan Perpus dan Kawula Sastra yang memenuhi Ruang Baca Lantai 5 Pusat Dokumen Sastra H. B. Jassin malam itu.
Kegiatan bertajuk “Telusur Jakarta” yang diselenggarakan oleh Unit Pengelola Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumen Sastra H. B. Jassin pada Kamis, 7 November 2024 tersebut bertujuan untuk menumbuhkan ketertarikan generasi muda pada literasi sejarah. Kehadiran Om Hao sendiri dalam kegiatan itu seolah mewakili sosok Milenial yang memiliki konsistensi untuk memelihara memori kolektif bangsa. Berbekal “kemampuan istimewa” (sixth sense-Red), pria kelahiran Jombang tanggal 13 April 1987 ini telah menunjukkan keseriusannya untuk memberikan perspektif Sejarah kepada masyarakat dengan cara yang unik.
“Hanya dalam dua puluh menit sejak broadcast reservasi kegiatan ini ditayangkan di Instagram, kuota pendaftaran sudah penuh,” ujar Marchantia Teisha Fauzuna, Kepala Satuan Pelaksana Layanan Perpustakaan Unit Pengelola Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumen Sastra H. B. Jassin, saat ditanya mengenai antusiasme Kawan Perpus dan Kawula Sastra. “Selama ini, beberapa buku karya Om Hao masuk ke dalam koleksi favorit pengunjung di Perpustakaan Jakarta dan PDS H. B. Jassin. Hal ini menunjukkan bahwa cara Om Hao bertutur tentang Sejarah memang telah menarik simpati masyarakat. Sebagai sebuah pelayanan publik, perpustakaan perlu jeli untuk memfasilitasi ketertarikan masyarakat terhadap sejarah semacam ini,.” jelasnya lebih lanjut.
Faktanya, ketika sesi tanya jawab digelar, berbagai pertanyaan langsung menyerbu Om Hao. Pertanyaan-pertanyaan kritis dari persoalan Si Pitung, Pangeran Jayakarta, hingga jejak era Renaissance di Jakarta memantik suasana diskusi sejarah malam itu. Suhu ruang seketika terasa hangat manakala Om Hao mulai menelusuri Sejarah Taman Ismail Marzuki, peninggalan Raden Saleh.
(Agatha Febriany)