Mengenal Mira Wijaya: Perjalanan Karya dan Pengaruhnya dalam Sastra Indonesia
Thian Wisnu Isnanto Dilihat sebanyak 24x

Mengenal Mira Wijaya: Perjalanan Karya dan Pengaruhnya dalam Sastra Indonesia

DISPUSIP JAKARTA, INDONESIA - Mira Wijaya, atau lebih dikenal sebagai Mira W., adalah salah satu penulis wanita tersohor di Indonesia yang telah mencapai prestasi luar biasa dalam dunia sastra. Lahir pada 13 September 1950 di Jakarta, Mira W. merupakan anak bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Othnil Wijaya dan Vitalia. Nama belakang ayahnya, Wijaya, adalah nama yang kemudian digunakan oleh Mira di belakang namanya, yang memperoleh singkatan W. 

Ayah Mira, Othnil Wijaya, adalah seorang produser film yang turut berkontribusi pada perkembangan perfilman Indonesia. Film karyanya yang berjudul "Lutung Kasarung" diproduksi pada tahun 1926 dan masih dianggap sebagai film Indonesia pertama. Sejak masa kecil, Mira sering mengikuti ayahnya ke lokasi syuting dan memberikan masukan kreatif. Pengalaman ini secara signifikan memengaruhi kreativitasnya dalam menulis, terutama dalam menghadirkan cerita-cerita yang menarik di layar sinetron.

Pendidikan 

Mira menempuh pendidikan di beberapa sekolah Katolik di Jakarta, termasuk Santa Maria Fatima dan Marsudirini. Ia kemudian meraih gelar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta pada tahun 1980. Setelah lulus, Mira menjalani ikatan dinas di Riau, Pekanbaru, selama tiga tahun. Pendidikan dan pengalaman kedokterannya memberikan pemahaman mendalam tentang psikiatri dan psikologi, yang sangat berguna dalam menggambarkan pergumulan psikologis tokoh-tokohnya dalam karya-karyanya.

Karya Sastra 

Selain sebagai pengarang, Mira W. juga menjadi dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Moestopo Beragama, Jakarta. Kombinasi profesi sebagai dosen dan dokter memberikan pemahaman mendalam tentang sifat manusia dan kisah-kisah yang penuh konflik psikologis. Karyanya mencerminkan pemahaman mendalam tentang kondisi manusia. Beberapa karyanya yang terkenal yaitu:

  1. Arini, Masih Ada Kereta yang akan Lewat

Dalam novel ini, kita diceritakan tentang perempuan bernama Arini yang selalu cemas untuk melewatkan kereta, sehingga dia akhirnya menaiki kereta yang salah. Sayangnya, pilihan itu membawanya ke dalam derita yang tak terduga. Arini tak pernah membayangkan bahwa kereta yang dia tumpangi akan membawanya ke dalam jurang penderitaan. Baginya, mungkin saat itu terasa seolah tidak ada kereta lain yang akan mengarungi hidupnya. Pada tahun 1987, kisah ini diangkat menjadi film, dan pada tahun 2018, Ismail Basbeth menggarap ulangnya untuk tayangan bioskop.

  1. Cermin Tak Pernah Berdusta

Novel "Cermin Tak Pernah Berdusta" menceritakan tentang seorang gadis bernama Kavela yang merasa terjebak karena penampilannya yang sederhana dan sering kali diolok-olok serta diabaikan oleh orang lain. Setelah lulus SMA, Kavela mengalami perubahan besar dalam hidupnya. Dia menjadi seorang CEO sukses dalam sebuah perusahaan dan penampilannya pun berubah drastis dari masa SMA-nya. Namun, perubahan ini juga membawanya menjadi pribadi yang berbeda. Ketika bertemu kembali dengan teman SMA-nya, Roni, Kavela merencanakan balas dendam.

  1. Cinta Sepanjang Amazon

Novel ini menceritakan kisah cinta seorang pria sepanjang alur Sungai Amazon. Vania, seorang mahasiswa tingkat akhir yang mandiri, cerdas, dan gigih, bertemu dengan Aries, seorang playboy yang berasal dari keluarga konglomerat. Meskipun awalnya tak sepadan, Aries tertarik pada Vania dan berhasil mendekatinya. 

Mereka menjalin hubungan asmara dan bahkan berencana untuk menikah. Namun, rencana pernikahan mereka mendapat penentangan dari keluarga Aries yang menganggap Vania tidak pantas. Meskipun demikian, Aries nekat menikahi Vania dan meninggalkan gaya hidup mewahnya untuk tinggal bersama Vania di rumah sederhana. Namun, masalah muncul ketika sahabat dan pengawal Aries, Guntur, terlibat dalam masalah yang melibatkan Vania. 

Prestasi 

Mira W. telah menghasilkan banyak karya sastra selama lebih dari dua dekade berkarier sebagai pengarang. Dia telah menulis lebih dari 50 novel dan 8 kumpulan cerpen. Banyak dari novel-novelnya telah diangkat menjadi film atau sinetron, yang menunjukkan daya tarik cerita dan karakter-karakternya. Beberapa judul yang terkenal termasuk "Cinta Tak Pernah Salah," "Perisai Kasih," dan "Sesaat dalam Pelukan."

Prestasi Mira W. tidak hanya tercermin dalam jumlah karyanya yang produktif, tetapi juga dalam penghargaan yang telah diterimanya. Sebagai contoh, novelnya "Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi" dan "Ketika Cinta Harus Memilih" telah mengalami cetak ulang hingga 11 kali. Karyanya juga telah meraih berbagai penghargaan termasuk piala citra dalam industri film Indonesia.

Mira W. menjadi pengarang sukses Indonesia yang memadukan bakat sastra dan pengetahuan kedokteran dengan apik. Karyanya yang unik dan penuh dengan konflik psikologis telah memikat banyak pembaca dan penonton di seluruh Indonesia. Dengan prestasinya yang luar biasa, ia tetap menjadi salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia hingga kini.

Penulis: Afifa Marwah
Editor: Brilliant Dwi Izzulhaq

 


sastra