DISPUSIP JAKARTA, INDONESIA - Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumen Sastra (PDS) HB Jassin bekerja sama dengan Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) mengadakan sebuah diskusi publik yang bertema "Ekranisasi: Adaptasi Karya Sastra ke Film". Acara yang dihadiri oleh peserta dari komunitas film, anggota PARFI, dan masyarakat umum ini digelar pada Rabu (12/07/2023) di Aula PDS HB Jassin pada pukul 10.30 WIB. Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin memiliki peran penting dalam melestarikan dan mempromosikan karya-karya sastra Indonesia. Melalui diskus kolaboasi ini, diharapkan dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra dan membuka ruang diskusi yang lebih luas mengenai hubungan antara sastra dan perfilman.
Diskusi publik ini dihadiri oleh pembicara-pembicara yang berpengalaman di dunia perfilman Indonesia, diantaranya adalah Gusti Randa (Aktor Senior dan Produsen Film), Ismail Sofyan Sani (Aktor dan Sutradara Senior), dan Bedjo Soelaktono (Dosen Institut Kesenian Jakarta). Selain itu, diskusi ini dipandu oleh Budi Sumarno, orang yang telah lama berkecimpung di dunia perfilman tanah air sebagai praktisi film.
Diskusi yang bertema "Ekranisasi: Adaptasi Karya Sastra ke Film" ini adalah bertujuan untuk membahas tantangan dan proses kreatif dalam mengadaptasi karya sastra menjadi film. Ekranisasi atau adaptasi karya sastra ke dalam bentuk film merupakan sebuah proses yang kompleks, di mana para pembuat film harus menghadapi berbagai perbedaan medium serta mencoba mengungkapkan esensi cerita yang terdapat dalam karya sastra yang diadaptasi.
Diskusi ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk mendengarkan wawasan dan pengalaman para pembicara yang telah berkontribusi dalam mengadaptasi karya sastra ke dalam film. Gusti Randa, selaku aktor senior dan produsen film, membagikan pengalamannya tentang pengambilan peran dan konseptualisasi film.
“Kadang-kadang seorang aktor yang memerankan sebuah karakter di sebuah film, sinetron, apa pun namanya, lalu cerita itu diangkat dari sebuah novel pasti harus ada sedikit adaptasi,” ungkap aktor senior yang berprofesi sebagai pengacara ini.
Sementara itu, Ismail Sofyan Sani, sutradara yang telah menyutradarai lebih dari 40 karya itu berbagi pengetahuannya mengenai teknik penyutradaraan dalam mengadaptasi karya sastra. Menurut Ismail, kejelian dari seorang sutradara menjadi penentu dari keberhasilan adaptasi karya sastra ke dalam film.
“Kejelian sutradara penting untuk bisa menerangkan imajinasi penonton ke arah yang diinginkan mereka. Ketika penonton tak mendapatkannya, maka muncul rasa kecewa,” terang Ismail.
Selanjutnya, Bedjo Soelaktono, Dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ), yang juga turut menjadi pembicara dalam acara ini memberikan sudut pandang menarik mengenai proses adaptasi karya sastra menjadi film. Ia mengapresiasi diskusi yang diselenggarakan di PDS HB Jassin sebagai salah satu upaya memperkenalkan sastra ke masyarakat.
“Acara ini bagus ya, karena sedikit banyak memperkenalkan adanya Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin. Kemudian, ada literasi-literasi yang bisa dialih wahanakan, dan sedikit banyak acara ini juga mengungkap bagaimana unsur sastra itu memiliki kontribusi penting di film,” tutur Bedjo.
Selain menghadirkan pembicara-pembicara yang ciamik, masyarakat umum juga turut diundang dalam acara ini. Melalui diskusi ini, diharapkan kesadaran dan minat masyarakat terhadap adaptasi karya sastra ke dalam film dapat semakin meningkat. Diskusi ini juga merupakan kesempatan bagi para penggemar film dan sastra untuk bertemu dan berdiskusi dengan para ahli di bidangnya. Dengan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang proses ekranisasi, masyarakat akan dapat mengapresiasi adaptasi karya sastra ke dalam bentuk film dengan lebih baik.
Melalui pengetahuan dan pengalaman yang dibagikan oleh Gusti Randa, Ismail Sofyan Sani, dan Bedjo Soelaktono, para peserta dapat menggali berbagai perspektif dan strategi dalam menghadirkan karya sastra ke layar lebar. Diskusi yang dipandu oleh Budi Sumarno, seorang moderator berpengalaman di dunia perfilman Indonesia, juga akan memastikan kelancaran dan kualitas diskusi.
Sebagai tuan rumah acara, Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin berkomitmen untuk terus mendukung dan mempromosikan pengembangan karya sastra dan perfilman di Indonesia. Dengan mengadakan acara seperti Mimbar Sastra Diskusi Publik, mereka berharap dapat memberikan kontribusi yang positif dalam pengembangan industri film Indonesia serta meningkatkan apresiasi terhadap kekayaan budaya sastra yang dimiliki oleh bangsa ini.
Acara ini berhasil menciptakan ruang diskusi yang konstruktif dan mendorong kolaborasi antara para praktisi film dan peminat sastra. Dengan terus mengadakan acara serupa di masa depan, Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin berharap dapat terus menginspirasi dan memajukan industri perfilman Indonesia serta memperkaya warisan budaya melalui ekranisasi karya sastra yang kreatif dan berdaya tarik.
Reporter: Azhiim Pontoh
Editor: Brilliant Dwi Izzulhaq