Dini Ratnasari1
1Pustakawan Ahli Pertama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta
Saat ini perhatian dunia terpusat pada Corona Virus Disease 2019 atau dikenal dengan Covid-19, yang menjadi pandemi setelah penyebarannya meluas sejak pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019 lalu dan menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Virus yang menyerang sistem pernapasan ini merupakan jenis baru dari coronavirus yang menular antar manusia dan dapat menyerang siapa saja (Merry, 2020). Per 3 April 2020 dilaporkan di seluruh dunia paling tidak ada 54.137 korban meninggal dan lebih dari 1.030.628 kasus yang dikonfirmasi[1]. Pandemi ini merupakan peristiwa yang tidak main-main dan perlu keseriusan dalam penanganannya agar tidak memakan korban jiwa yang lebih besar.
Untuk menekan jumlah penularan yang lebih luas, banyak negara memberlakukan karantina wilayah atau lockdown bagi warganya. Pandemi ini kemudian berdampak pada berbagai sektor baik secara langsung maupun tidak, mulai dari industri, transportasi, dan ekonomi. Tidak terkecuali perpustakaan. Atas dasar keselamatan bagi pemustaka dan pegawainya, banyak perpustakaan kemudian menutup layanannya. Namun di sisi lain kemudian timbul pertanyaan, bagaimana dengan koleksi yang ada di perpustakaan? Perlukah dilakukan disinfeksi terhadap koleksi perpustakaan yang dikhawatirkan terpapar virus? Langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk menyelamatkan koleksi?.
Apakah Virus Covid-19 itu?
Pandemi yang kita hadapi saat ini merupakan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan belum ada data yang menunjukkan adanya pihak yang melakukan penyelamatan koleksi perpustakaan terkait dengan pandemi virus. Hal ini juga disampaikan oleh seorang ahli preservasi, Evan Knight, salah seorang Dewan Komisioner Perpustakaan Massachusetts, Amerika Serikat. Knight (dalam Ewen, 2020) menyatakan tidak ada rekam jejak data yang diterbitkan atau dibagikan mengenai preservasi koleksi perpustakaan dari epidemi sebelumnya.
Sebelum mengetahui langkah yang harus dilakukan untuk menyelamatkan koleksi di perpustakaan, perlu dipahami terlebih dahulu tentang virus ini. Virus Covid-19 termasuk coronavirus yang dinamakan demikian karena tampilannya, yang apabila dilihat menggunakan mikroskop memiliki struktur runcing yang mengingatkan pada mahkota atau corona matahari (Wikipedia, 2020). Menurut Dr. Marry Striegel (2020) tidak banyak data yang dapat menjelaskan secara spesifik tentang virus corona ini, namun ada informasi virus serupa yang dapat membantu kita untuk memahaminya.
Semua virus memiliki potongan kode genetik atau Ribonucleic acid (RNA) yang diliputi oleh lipid dan protein, yang memiliki amplop eksterior berbasis lemak dan memiliki casing yang dikenal sebagai amplop virus. Amplop berlemak inilah yang membuat virus corona rentan terhadap sabun dan air. Ketika kita mencuci permukaan benda, atau ketika kita mencuci tangan dengan sabun dan air, selubung lemak itu hanyut dan menyebabkan virus tersebut hancur berantakan. Hal ini menguntungkan kita karena virus corona memiliki amplop berlemak, tidak seperti beberapa virus seperti noronavirus yang memiliki jenis amplop yang berbeda dan jauh lebih sulit untuk dilakukan disinfeksi (Striegel, 2020).
Covid-19 ditularkan dari orang ke orang yang terjadi melalui kontak fisik. Dari batuk atau bersin yang menghasilkan aerosol di udara kemudian mendarat pada seseorang atau permukaan benda, di mana aerosol menjadi pembawa virus tersebut. Oleh karena itu, disarankan agar kita berdiri paling tidak sejauh 2 meter satu sama lain dan menghindari menyentuh permukaan benda atau wajah, karena begitu kita mendapatkan virus tersebut di tangan kita dan kemudian kita menyentuh wajah, hidung atau mulut, maka virus tersebut dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh.
Daya tahan virus di permukaan benda
Virus Covid-19 dapat hidup dalam jangka waktu yang berbeda-beda pada berbagai jenis benda. Ada banyak informasi yang beredar di media sosial tentang berapa lama virus ini dapat bertahan, namun sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kampf, Todt, Pfaender, dan Stenmann dalam artikelnya di Journal of Hospital Infection yang diterbitkan bulan Maret lalu dapat dijadikan sebagai rujukan.
Yang perlu diketahui dari cara kerja virus adalah virus harus menginfeksi sel untuk dapat hidup. Lalu virus masuk ke dalam sel, menginfeksi sel dan kemudian membunuh sel tersebut dan setelah itu melontarkan dirinya keluar dari sel. Berikut tabel yang menunjukkan daya tahan virus pada berbagai permukaan benda (Kampf, Todt, Pfaender, dan Stenmann, 2020).
Tabel 1. Daya Tahan Virus Corona Pada Benda
Permukaan | Jangka waktu |
Logam | 5 hari |
Kayu | 4 hari |
Kertas | 4-5 hari |
Kaca | 4-5 hari |
Plastik | 6-9 hari |
Keramik | 5 hari |
Pada materi logam, virus dapat bertahan selama 5 hari. Sedangkan pada kayu lamanya 4 hari, pada kertas bertahan 4 sampai dengan 5 hari, pada materi kaca bisa bertahan 4 sampai 5 hari. Pada plastik yang terbuat dari polypropylene virus ini dapat hidup selama 6-9 hari. Sedangkan pada keramik virus bisa bertahan sampai 5 hari. Secara umum, virus tersebut dapat bertahan hidup pada permukaan benda-benda tersebut selama 6-9 hari.
Langkah disinfeksi terbaik
Ancaman dari virus ini masih terus berkembang. Oleh karena itu, mengambil langkah mundur mungkin menjadi pertahanan terbaik untuk melawan virus ini. Menurut Knight (dalam Ewen, 2020) disinfektan terbaik yang paling mudah, paling aman, dan paling murah saat ini adalah waktu. Pandemi ini menjadi situasi yang unik dan membingungkan bagi kebanyakan konservator, di mana saat ini belum diketahui disinfektan yang tepat yang bisa digunakan untuk membunuh virus pada koleksi perpustakaan. Knight juga berpandangan bahwa profilaksis atau tindakan pencegahan merupakan tindakan terbaik saat ini.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Fletcher Durant, seorang Direktur Konservasi dan Preservasi Perpustakaan George A. Smathers, Universitas Florida. Ia menyarankan untuk melakukan isolasi selama minimal 24 jam dan lebih baik lagi dilakukan selama 14 hari. Menurut Durant, isolasi merupakan tindakan disinfenksi terbaik. Ini merupakan hal terbaik dan paling aman yang dapat dilakukan oleh perpustakaan saat ini. Semua ini dilakukan untuk melindungi perpustakaan dan juga masyarakat. Ia menilai perpustakaan dapat menjadi penyumbang resiko dalam penyebaran penyakit, yang secara tidak langsung hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kepercayaan publik terhadap perpustakaan. Ini juga berarti perpustakaan harus tetap menutup layanannya (untuk publik dan pegawai) sampai risiko infeksi kepada masyarakat dapat dihilangkan.
Direktur Preservasi Library of Congress, Jacob Nadal (dalam Ewen, 2020) juga mengaminkan hal ini. Menurutnya, Perpustakaan tidak dilengkapi dengan sumber daya serta tidak memiliki kapabilitas untuk membuat rekomendasi tentang virologi, bakteriologi, ataupun masalah medis. Oleh karena itu, Nadal mengatakan karantina merupakan rencana terbaik saat ini, karena menurutnya, tidak ada penelitian yang secara khusus menjawab pertanyaan tentang bagaimana menularnya virus corona dari bahan pustaka, misalnya pada kertas yang dilapisi maupun yang tidak dilapisi, buku berbahan kain, ataupun jaket buku berbahan polyester dan sebagainya.
Knight (dalam Ewen, 2020) mengatakan para pustakawan harus berhati-hati dalam menggunakan larutan pembersih pada buku-buku dan bahan perpustakaan lain yang berpotensi rapuh. Ia tidak mengetahui jenis pembersih atau disinfektan yang ‘paling tidak merusak’, terutama untuk koleksi yang memiliki nilai sejarah. Risiko yang harus dihadapi apabila dilakukan pembersihan terhadap buku atau terkena cairan disinfektan (seperti lysol, alkohol, atau pemutih) adalah terjadinya kerusakan pada koleksi tersebut. Apapun pun metode yang dilakukan untuk pembersihan, harus dapat dipahami dan diterima bahwa kerusakan dapat terjadi pada koleksi tersebut.
Dengan kejadian ini, Nadal (dalam Ewen, 2020) mengambil kesimpulan bahwa perpustakaan harus terus mengembangkan wawasan dan meluaskan cakrawala pikiran. Tujuannya adalah agar dapat mengambil kebijakan yang tepat di tengah situasi pandemi yang terus berubah, salah satunya dengan mempelajari prosedur pelestarian baru. Saat ini juga menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan diri, bahwa perpustakaan memiliki peran sebagai pelayan yang memiliki tugas menyimpan ilmu pengetahuan dan budaya. Ditutupnya perpustakaan untuk beberapa waktu dan menjaga koleksi perpustakaan untuk dikarantina menjadi sebuah ketidaknyamanan semua pihak. Namun, hal ini tetap harus dilakukan. Sebagai penjaga sejarah, merupakan kewajiban utama kita untuk memastikan bahwa kita berhadapan dengan masa depan yang panjang, bagi ilmu pengetahuan dan kreativitas yang direkam, berupa koleksi perpustakaan, di mana kita dipercaya untuk menjaganya.
Referensi:
Coronavirus COVID-19 Global Cases by the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University. (2020). https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6. Diakses 3 April 2020.
Ewen, Lara. (2020). How to Sanitize Collections in a Pandemic. https://americanlibrariesmagazine.org/blogs/the-scoop/how-to-sanitize-collections-covid-19/. Diakses 31 Maret 2020.
Kampf, G., Todt, D., Pfaender, S., & Steinmann, E. (2020). Persistence of Coronaviruses on Inanimate Surfaces and Their Inactivation with Biocidal Agents. The Journal of Hospital Infection, Volume 104, Issue 3, Pages 246-251. https://doi.org/10.1016/j.jhin.2020.01.022
Merry, Dame Cristy Pane. (2020). Virus Corona. https://www.alodokter.com/virus-corona. Diakses 31 Maret 2020.
Striege, Mary. (2020). Covid-19 Basics: Disinfecting Cultural Resources. National Center for Preservation Technology and Training https://www.ncptt.nps.gov/blog/covid-19-basics-disinfecting-cultural-resources/. Diakses 31 Maret 2020.
Wikipedia. (2020). Coronavirus. https://en.wikipedia.org/wiki/Coronavirus. Diakses 31 Maret 2020.
sumber gambar: https://macaulifestyle.com/tag/wide-hips/
[1] Coronavirus COVID-19 Global Cases by the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University.
1 Comment
Like!! Really appreciate you sharing this blog post.Really thank you! Keep writing.