DISPUSIP—Diskusi sastra kembali digelar di hari kedua, kali ini menampilkan Sutardji Calzoum Bahri sebagai narasumber, beliau adalah Presiden Penyair Indonesia dan merupakan pelopor penyair tahun 1970an. Sebagai moderator di tunjuklah Jose Rizal Manual seorang pujangga sekaligus pendiri teater anak-anak, Teater Tanah Air yang meraih juara pertama pada Festival Teater Anak-Anak dunia ke-9 di Lingen Jerman di tahun 2006.
Para peserta diskusi terlihat sangat antusias dalam melontarkan pertanyaan, tidak hanya dari kalangan sastrawan dan komunitas sastra tapi dari para pelajar generasi millennial.
Menurut pria yang akrab dipanggil Tardji ini mengatakan bahwa puisi adalah sebuah kenikmatan dimana setiap kehidupan dilengkapi oleh kata-kata, dan kata-kata itu adalah penguat kita. “Dalam puisi dapat terinterpretasikan kehidupan, berpuisilah maka kamu akan hidup,” tuturnya.
Dalam kesempatan ini Tardji mengungkapkan begitu besarnya kecintaan terhadap puisi, ia mengutip sebuah ayat Al-Qura’an yakni Ar-Rahman yang terjemahannya “nikmat mana lagi yang engkau dustakan”. Bagi seorang Sutardji Calzoum Bahri, puisi berisi kenikmatan doa, kenikmatan percintaan dan penderitaan. Dengan puisi seseorang tidak perlu repot menceritakan detail-detail keadaan dirinya, karena semua dapat dicurahkan dengan puisi.
Karena itu untuk mempertahankan konsistensi nulis, pria kelahiran Rengat 24 Juni 1941 ini memberikan tipsnya yakni agar kita menyempatkan untuk menulis kapanpun diwaktu senggang.
Ketika ditanya mengenai perbedaan puisi dan lagu redaktur majalah Horizon itu mengatakan bahwa setiap puisi dapat dijadikan lagu namun maknanya tetap beda, karena lagu yang dinikmati adalah alunannya, sedangkan puisi adalah maknanya.
Diskusi ini diakhiri penampilan memukau dari Jose Rizal Manua yang membawakan puisi Aku karya Charil Anwar. (thian)